Senin, 19 September 2016

Larung Sesaji



Larung sesaji di Telaga Ngebel Ponorog


Wisata Telaga Ngebel dikenal sebagai salah satu ikon Kabupaten Ponorogo, setelah kesenian reog.

Terletak di lereng Gunung Wilis, dan berada di perbatasan antara Ponorogo, Madiun dan Jombang, danau alami yang diperkirakan berusia ribuan tahun tersebut menjadi primadona wisatawan karena objek wisata ini menyuguhkan pemandangan telaga dengan panorama hutan lindung yang masih alami.

Daya tarik Telaga Ngebel semakin terdongkrak semenjak masyarakat adat di delapan desa sekitar danau ini, pada 1993 bersepakat untuk menggabungkan ritual bersih desa setiap pergantian tahun baru Islam (sama dengan pergantian tahun dalam penanggalan Jawa) digabungkan menjadi satu dalam acara ritual larungan di Telaga Ngebel.
  
Cara yang kini disebut Larung Risalah Doa itu merupakan bentuk rasa syukur masyarakat Ponorogo, khususnya warga Ngebel yang diberikan keselamatan selama setahun. '

Ucapan syukur itu dilaksanakan dengan menghayutkan tumpeng raksasa dan hasil bumi sebagai bentuk dileburnya balak sengkala dari Ponorogo. Acara sakral ini tetap menjadi acara menarik yang menarik wisatan mengunjung Ponorogo mulai wisatawan lokal Ponorogo sampai sejumlah wilayah Kabupaten lain di wilayah barat Jawa Timur.
Acara ini dilengkapi dua tumpeng raksasa. Satu terbuat dari sayuran (hasil bumi) dan yang satu tumpeng beras merah.Tumpeng beras merah dilarung di tengah telaga dan tumpeng hasil bumi menjadi tumpeng porak yang dijadikan rebutan pengunjung karena diyakini untuk mendapatkan berkah.
Acara itu, diawali dengan berbagai tarian daerah mulai tayub hingga reog yang diperagakan gadis-gadis cantik asal Ngebel di dermaga Telaga Ngebel. Namun sebelum tumpeng beras merah dilarung di tengah telaga dan tumpeng porak dijadikan rebutan, sebelumnya kedua tumpeng raksasa itu di bawa keliling telaga sejauh 5 kilometer.







Sumber : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar