Ada awal dan ada
akhirnya, inilah agenda tahunan Kabupaten Ponorogo di bulan Muharram (Suro).
Jika di awal Suro diadakannya kirab pusaka dari kota lama menuju kota baru,
perayaan Suro di Kabupaten Ponorogo berakhir ditandai dengan acara Tutup Grebeg
Suro Ponorogo yang dipusatkan di Lapngan Bantarangin, Kecamatan Kauman,
Kabupaten Ponorogo. Dalam acara ini digelar kirab pusaka dan pawai budaya.
Acara yang juga disebut Tutup Grebeg Suro Bantarangin ini, diawali dengan
rekonstruksi keberangkatan PrabuKelonoSiswoHandono atau KelonoSewandono menuju
Kediri untuk melamar Putri Kerajaan Kediri, Putri Songgolangit. Raja Kerajaan
Wengker Kedua ini, dihadirkan lengkap dengan pasukan putrid pemanah, ksatria
tombak serta pasukan berkuda yang dipimpin Patih tercintanya, PujanggaAnom atau
lebih dikenal sebagai BujangGanong. Kegiatan ini digelar sebagai upaya
pelestarian budaya. Juga untuk mengingatkan kembali warga Kabupaten Ponorogo
tentang asal tari, yakni: tari Reyog Ponorogo yang sudah terkenal di seluruh
dunia. Dari sinilah, Kerajaan Wengker Kedua yang dipimpin oleh
PrabuKlanaSewandono.
Dalam kirab pusaka tersebut, ada tiga replica pusaka yang di bawa berkeliling
daerah sekitar Kecamatan Kauman. Yaitu: Ageman Probo Swoso, Topeng Kencono, dan
Cemeti Samandiman. Pusaka yang terakhir adalah senjata andalan
PrabuKelonoSiswoHandono untuk melawan hewan buas dan musuhnya, seperti yang
tertuang dalam tari Reyog Ponorogo.
Kirab sendiri juga menandai keberadaan Pemerintahan Kabupaten Ponorogo yang
sempat dua kali boyong. Perpindahan pertama, dari sebelah timur atau Kutho
Wetan ke Kutho Tengah, yang sekarang menjadi alun-alun. Sedangkan perpindahan
kedua, adalah dari Kutho Tengah ke Kutho Kulon, atau daerah Sumoroto. Lokasi
ini adalah hutan bernama Wengker, yang juga disebut BantarAngin.
Dengan mengetahui sejarah yang menjadi cagar budaya, Pemerintah Kabupaten
Ponorogo berharap warga bisa lebih mencitai daerahnya. Juga mencintai
kebudayaan dan keseniannya. Tidak kurang dari 120 ekor kuda dikerahkan untuk
mengangkut para tokoh replica prajurit, pembesar Kerajaan Wengker, serta Bupati
dan wakilnya, jajaran Forpimda hingga para kepala dinas dan camat yang turut
berkeliling dengan menggunakan dokar hias.
Selain itu, warga juga turut berpartisipasi dalam pawai budaya ini. Kebanyakan
adalah siswa, mulai Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA),
dan lembaga keuangan seperti koperasi hingga pengelola toko di wilayah
Kecamatan Kauman. Ribuan warga tampak antusias menyaksikan perhelatan ini.
Mereka berjajar di sepanjang jalur yang dilewati meski sebelum kirab hujan
deras mengguyur lokasi acara. Kirab yang dilaksanakan di bawah rinai gerimis,
tidak hanya menghadirkan hiburan tapi juga sebagai pengingat sejarah kebesaran
Kabupaten Ponorogo.
berikut foto-foto Kirap Pusaka - Budaya Ponorogo :)
Thanks for visit :)
Sumber :
(__.2012. Warta Ganesha
Edisi 14. Ponorogo: Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ponorogo.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar